Ratusan orang memadati taman Dessen , Desa Sendangasri Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang, Selasa malam (5/12/2022). Kedatangan mereka untuk menyaksikan pagelaran budaya yang berisi tentang sosialisasi pencegahan stunting atau gagal tumbuh kembang pada anak.

Pagelaran budaya seperti tari gambyong, tari bambangan cakil, guyon maton hingga pemutaran video pendek tentang stunting itu sengaja digagas oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Tengah yang bekerja sama dengan Dinas  Kabupaten Rembang untuk memberikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat tentang stunting.

Dalam pagelaran budaya itu Kominfo menggandeng Forum Komunikasi Media Tradisional FK Metra Kabupaten Rembang, Kelompok Informasi Masyarakat dan Sanggar Seni Desa Sendangasri.

Berbagai upaya memang dilakukan pemerintah dalam menekan angka kasus stunting. Berbagai cara itu juga dilakukan termasuk dalam hal sosialisasi tentang stunting, mulai dari konten di media sosial, pertemuan formal langsung sampai dengan pagelaran seni budaya.

Sekretaris  Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah, Hermoyo Widodo menjelaskan dengan sosialisasi melalui pagelaran budaya masyarakat bisa lebih mudah memahami informasi pencegahan stunting. Hermoyo menambahkan pencegahan stunting bisa dilakukan dengan pengendalian umur pernikahan, pendampingan gizi ibu hamil dan keluarga serta layanan kesehatan yang lainnya.  “Saya juga berpesan kepada orang tua agar rajin memberikan konsumsi yang bergizi kepada keluarga. Dan bagi pemuda Rembang jangan terburu- buru nikah, cukup umur dan sehat itu nomor satu,” imbuhnya.

Sementara itu Wakil Bupati Rembang Mochamad Hanies Cholil Barro‘ mengapresiasi bentuk sosialisasi memalui pagelaran budaya tradisional yang juga disiarkan langsung di kanal Youtube Pemerintah Kabupaten Rembang dan Kominfo Jateng, Menurut Wabup Hanies stunting dapat menghambat tumbuh kembang anak. Tak hanya tentang fisik saja, tetapi stunting juga dapat menghambat perkembangan otak dan membuat imunitas tubuh anak menjadi lemah.

Wabup menambahkan pada tahun 2045 pemerintah ingin memiliki generasi emas yang unggul. Maka tak heran pemerintah sejak tahun 2020 serius dalam penanganan penyakit stunting. “Kita tidak ingin saat menyambut Indonesia emas tahun 2045 nanti generasi kita nyuwun sewu (mohon maaf-red) jauh dari harapan, generasi yang lemah. Maka dari itu sejak belum menikah remaja kita beri informasi ,bagaimana nanti setelah menikah, hamil dan 1000 hari pertama kehidupan si bayi kita perhatikan, ” ungkap Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Rembang itu .

Banyak program untuk pencegahan stunting yang dibuat pemerintah. Program dari Pemprov Jateng sepert nginceng wong meteng atau memantau orang hamil,  ojo rabi bocah atau jangan menikah diusia dini, kemudian dari Pemkab Rembang mencetuskan program TELPONI untuk cegah stunting.

Program TELPONI (Temokno Laporno lan Openi) ini awalnya program untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Namun sekarang juga diimplementasikan juga untuk pencegahan kasus stunting.  (Mif/Rud/Kominfo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.